Jumat, 10 Juni 2011

Tak Berarti Buruk

Pagi di persimpangan kota menjelang siang. Ku lihat dia sedang termenung saat semuanya sedang sibuk kerja. Apa dia tidak ada kerjaan. Seperti sedang menunggu sesuatu yang belum pasti.
Berawal dari sebuah kisah klasik, mudah ditebak. Begitu pula saat dia berencana untuk menutupi kebohongan yang pernah dia buat. Menarik untuk disikapi. Tapi dia tidak mau diberi yang lurus. Serakah sekali kau dengan semua yang kau punya dan seenaknya berkata padaku tentang bla...bla...bla...
 
Akankah kau selalu begitu pada semua orang. Atau hanya padaku sebagai korban tunggal dari semua permainan busukmu. Dalam hati hanya balas benci.
Muak dengan semua tingkah tutur katamu. Merasa paling benar dan tak mau mengalah. Korban dari semua intrik licikmu. Aku hanya bisa berdoa. Semuanya biar lerai. Terlarut-larut dalam kesedihan yang dibuat-buat. Layaknya sebuah sinetron yang terbius dan menyucurkan air mata sampai seember. Atau menghabiskan tisu bergulung-gulung.
Demikianlah aku katakan kepadamu. Tak selamanya yang aku lakukan itu buruk. Demi kebaikan dan jalan penengah dari segala macam agenda yang berbelit-belit. Baik bagimu, tak layak untukku.



Sore menjelang malam, kau sebut namaku. Itulah saat-saat pahit yang meradang di hati. Dengan segenap rasa ku percepat segera sampai ke gubug derita awal perjalanan hidup mengenalmu..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Your IP Address

Comment with Facebook

Pengunjung Negera

free counters