Sabtu, 11 Juni 2011

Langkah Berat Menggapai Impian

Ketika sajak ini aku tulis bersama keringat bercucuran bak orang panggang ala sengat matahari, kutulis semua yang ada di dalam otak dan nalarku untuk sebuah goresan tinta. Tapi untuk kali ini aku sedikit kehilangan jati diri seorang penulis pemula yang ingin memperkenalkan dirinya kepada dunia luar. Buntu, tidak ada jalan keluar yang bisa aku tembus. Bundhet seperti pita kaset yang nglokor. Tak tau harus dibuang atau dirapikan. Hal ini membuat pikiranku tak bisa tenang.

Aku hanya bisa berfikir sejauh apa yang sebelumnya terjadi pada sekarang. Entah. Aku ingin ke pantai dan teriak sekencang-kencangnya. Sampai semuanya lepas dan beban pikiran ini bisa menjadi lancar. Tak ingin macet, hanya saja pucet. Sedikit saja aku ingin tenang agar karyaku bisa terbit dan tercetak oleh sejarah hidupku. Mengawali dari niat yang takkan terhalangi oleh siapapun. Bebas berekspresi lewat lentikan jari sebagai karya yang ternilai.

Berjalan melewati batas dinding yang begitu amat sangat menghalangi. Menyeberang air yang keruh dan terpeleset dalam jurang yang dalam. Kaki ini mulai tak bisa diajak kompromi. Tak ada satupun yang lihat. Diriku satu di tempat itu. Usaha pantang pasrah, gentar menghadapi apa yang ada di depan mata. Langkah ini hanya untuk impian. Bukan untuk bermalas-malasan. Dan tak ada batas penghalang lagi bagiku untuk berimajinasi saat duduk dan terus melentikkan jariku...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Your IP Address

Comment with Facebook

Pengunjung Negera

free counters